Makalah Asuhan Keperawaratan
Pada Pioderma
Disusun Oleh Kelompok 2 :
1.
Dwi Magdalena
2.
Melliya Andriyanti
3.
Yeni Aprilia Dewi
4.
Apner Koa
5.
Windy Taseseb
6.
Suryansyah
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN HUSADA JOMBANG
PRODI S1-KEPERAWATAN
2015
DAFTAR ISI
1.
Cover............................................................................................. i
2.
Daftar isi........................................................................................ ii
3.
Isi................................................................................................... 1
a.
Pendahuluan.............................................................................. 1
1.
Latar belakang...................................................................... 1
2.
Rumusan masalah................................................................ 1
3.
Tujuan.................................................................................. 1
b.
Pembahasan.............................................................................. 2
1.
Laporan
pendahuluan pada pioderma.................................. 2
2.
Askep pada
pioderma.......................................................... 8
c.
Penutup..................................................................................... 16
1.
Kesimpulan.......................................................................... 16
2.
Saran.................................................................................... 16
d.
Saran......................................................................................... 17
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pioderma adalah terminologi umum untuk berbagai penyakit infeksi kulit
yang disebabkan oleh kuman (bakteri). Paling sering oleh infeksi bakteri gram
positif Staphylococcus aureus, Streptococcus beta hemolyticus
atau keduanya yang biasanya terdapat pada tempat-tempat yang kurang bersih.
Kecuali bakteri gram positif, walaupun jarang dapat juga disebabkan oleh
bakteri gram negatif, seperti Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris,
Proteus mirabilis, Escherichia coli dan Klebsiella.
Pioderma
terbagi dalam dua kategori, yakni :
a.
Pioderma primer adalah infeksi pada kulit normal yang
disebabkan oleh satu jenis mikroorganisme.
b.
Pioderma sekunder adalah infeksi pada kulit yang
sebelumnya sudah ada infeksi lain. Misalnya orang dengan scabies (infeksi yang
disebabkan oleh parasit) cenderung akan menggaruk karena rasa gatal pada kulit
yang disebabkan parasit ini. Garukan dapat menyebabkan luka lecet. Luka ini
dapat mengalami infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi Pioderma.
Dalam praktek sehari-hari pioderma dapat dijumpai
dalam berbagai bentuk dan jenis. Cirinya berupa bercak kemerahan di kulit yang
terinfeksi disertai rasa nyeri, panas dan kadang gatal. Penyakit ini dapat
menular dari kulit yang terinfeksi ke kulit yang sehat, baik pada tubuh
penderitanya sendiri maupun pada orang lain yang kontak langsung dengan
penderita.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana laporan pendahuluan
pada Pioderma?
2.
Bagaimana asuhan keperawatan
pada penyakit Pioderma?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui laporan pendahuluan pada penyakit Pioderma?
2. Mengetahui
asuhan keperawatan pada penyakit Pioderma?
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Anatomi dan
Fisiologi
Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang
melapisi seluruh bagian tubuh, membungkus daging dan organ-organ
yang ada didalamnya. Luas kulit pada manusia rata-rata + 2 meter persegi dengan
berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak atau
beratnya sekitar 16 % dari berat badan seseorang.
Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang
cukup besar dan seperti jaringan tubuh lainnya, kulit juga bernafas
(respirasi), menyerap oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Kulit menyerap
oksigen yang diambil lebih banyak dari aliran darah, begitu pula
dalam pengeluaran karbondioksida yang lebih banyak dikeluarkan
melalui aliran darah. Kecepatan penyerapan oksigen ke dalam kulit dan
pengeluaran karbondioksida dari kulit tergantung pada banyak faktor di dalam
maupun di luar kulit, seperti temperatur udara atau suhu, komposisi gas di
sekitar kulit, kelembaban udara, kecepatan aliran darah ke kulit, tekanan gas
didalam darah kulit, penyakit-penyakit kulit, usia, keadaan vitamin
dan hormone di kulit, perubahan dalam metabolism sel kulit dan
pemakaian bahan kimia pada kulit.
Sifat-sifat anatomis dan fisiologis kulit di
berbagai daerah tubuh sangat berbeda. Sifat-sifat anatomis yang khas,
berhubungan erat dengan tuntutan-tuntutan faali yang berbeda di
masing-masing daerah tubuh, seperti halnya kulit di telapak tangan, telapak
kaki, kelopak mata, ketiak dan bagian lainnya merupakan pencerminan
penyesuaiannya kepadafungsinya masing-masing. Kulit di daerah–daerah tersebut
berbeda ketebalannya, keeratan hubungannya dengan lapisan bagian dalam, dan
berbeda pula dalam jenis serta banyaknya andeksa
yang ada di dalam lapisan kulitnya.
Struktur kulit terdiri dari tiga
lapisan yaitu : kulit ari (epidermis), sebagai lapisan yang paling
luar, kulit jangat (dermis, korium atau kutis) dan jaringan penyambung di bawah
kulit (tela subkutanea, hipodermis atau subkutis).
2.
Pengertian
Pioderma adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
Staphylococcus aureus, Streptococcus B Hemoliticus, atau oleh kedua-duanya.
Pioderma
adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus, atau
oleh kedua-duanya.
Pioderma
adalah terminologi umum untuk penyakit-penyakit infeksi kulit yang disebabkan
oleh kuman (bakteri), terutama Streptococcus beta hemolyticus atau Staphylococcus
aureus..
3.
Etiologi
Penyebab
yang utama ialah Staphylococcus aureus dan Staphylococcus B hemolitikus,
sedangkan Staphylococcus epidermidis merupakan penghuni normal di kulit dan
jarang menyebabkan infeksi.
4.
Patofisiologi
Banyak hal yang mempengaruhi seseorang sampai
terjadinya pioderma antara lain faktor host, agent, dan lingkungan seperti yang
telah dipaparkan diatas dimana adanya ketidakseimbangan antara ketiga faktor
tersebut. Staphylococcus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat
antigen yang merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel
Peptidoglikan, suatu polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang
terangkai, merupakan eksoskeleton kaku pada dinding sel. Peptidoglikan
dihancurkan oleh asam kuat atau lisozim. Hal ini merupakan penting dalam
potogenitas infeksi : zat ini menyebabkan monosit membuat interleukin-1
(pirogen endogen) dan antibodi opsonik, dan zat ini juga menjadi zat kimia
penarik (kemotraktan) untuk leukosit polimorfonuklear, mempunyai aktifitas
mirip endotoksin, mengaktifkan komplement.
Patologi
prototipe lesi staphylococcus adalah furunkel atau abses setempat lainnya.
Kelompok-kelompok S. aureus yang tinggal dalam folikel rambut menimbulkan
nekrosis jaringan. Koagulase dihasilkan dan mengkoagulasi fibrin disekitar lesi
dan didalam saluran getah bening, mengakibatkan pembentukan dinding yang membatasi
proses dan diperkuat oleh penumpukan sel radang dan kemudian jaringan fibrosis.
Di tengah-tengah lesi, terjadi pencairan jaringan nekrotik (dibantu oleh
hipersensitivitas tipe lambat) dan abses mengarah pada daerah yang daya
tahannya paling kecil, setelah jaringan nekrotik mengalir keluar, rongga secara
perlahan-lahan diisi dengan jaringan granulasi dan akhirnya sembuh.
5.
Klasifikasi
1. Impetigo
Impetigo ialah pioderma superfisialis ( terbatas pada
epidermis ). Terdapat 2 bentuk ialah impetigo krustosa dan impetigo
bulosa.
2.
Folikulitis
Merupakan radang folikel rambut yang biasanya
disebabkan Staphylococcus aureus.
3.
Furunkel/Karbunkel
Merupakan radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika
lebih dari pada sebuah disebut Furunkulosis, Karbunkel merupakan kumpulan
Furunkel. Biasanya disebabkan oleh Stapyhlococcus aureus,
keluhan biasanya nyeri.
4.
Ektima
Ektima ialah ulkus superfisial dengan krusta di
atasnya disebabkan infeksi oleh Streptococcus.
5.
Pionika
Radang disekitar kuku oleh piokokus, disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan streptococcus B hemolyticus, biasanya didahului dengan trauma atau infeksi.
Radang disekitar kuku oleh piokokus, disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan streptococcus B hemolyticus, biasanya didahului dengan trauma atau infeksi.
6.
Erisipelas
adalah penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh
Streptococcus, gejala utamanya ialah eritema berwarna merah cerah, biasanya
disebabkan oleh Streptococcus B hemolyticus.
7.
Selulitis
Etiologi, gejala konstitusi, tempat predileksi, kelainan
pemeriksaan laboratoriksama dengan erisipelas. Kelainan kulit berupa infiltrate
yang difus di subkutan dengan tanda-tanda radang akut.
8.
Flegmon
Merupakan selulitisyang mengalami supurasi. Terapinya
sama dengan selulitis hanya ditambah insisi.
9.
Ulkus Piogenik
Berbentuk ulkus yang gambaran klinisnya tidak khas
disertai pus di atasnya. Dibedakan dengan ulkus lain yang disebabkan oleh kuman
negative-Gram, oleh karena itu perlu dilakukan kultur.
6.
Pathway
(lampiran)
7.
Manifestasi
Klinis
1.
Benjolan merah di kulit yang membesar dan menjadi
bernanah setelah beberapa hari, dan akan pecah dengan sendirinya
2.
Demam / Panas
3.
Adanya Nodul
4.
Mual, Muntah
5.
Krusta
6.
Nyeri
7.
Gatal-gatal
8.
Radang
9.
Papul dan Prustul
8. Komplikasi
1.
Bisa menyebar ke bagian tubuh yang
lain
2. Septikemia (bakteri dalam peredaran darah)
3.
Komplikasi
4.
Erisipelas adalah peradangan
epidermis dan dermis yang ditandai dengan infiltrat eritema, edema, berbatas
tegas, dan disertai dengan rasa panas dan nyeri. Onset penyakit ini sering
didahului dengan gejala prodromal berupa menggigil, panas tinggi, sakit kepala,
mual muntah, dan nyeri sendi. Pada pemeriksaan darah rutin dapat dijumpai
lekositosis 20.000/mm3 atau lebih.
5.
Selulitis adalah peradangan
supuratif yang menyerang subkutis, ditandai dengan peradangan lokal, infiltrate
eritema berbatas tidak tegas, disertai dengan rasa nyeri tekan dan gejala
prodromal tersebut di atas.
9. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan laboratorik (darah tepi) terdapat
leukositosis. Pada kasus yang kronis dan sukar sembuh dilakukan kultur dan tes
resistensi. Ada kemungkinan penyebabnya bukan stafilokokus melainkan kuman
negative-Gram. Hasil tes resistensi hanya bersifat menyokong, invivo tidak
selalu sesuai dengan in vitro.
10. Penatalaksanaan
1. Pada pengobatan umum kasus pioderma , factor hygiene perorangan dan
lingkungan harus diperhatikan
2.
Sistemik
1.
Penisilin G prokain dan
semisintetiknya
a.
Penisilin G prokain
Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M.
Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin merupakan obat pilihan (drug of
choice), walaupun di rumah sakit kota-kota besar perlu dipertimbangkan
kemungkinan adanya resistensi. Obat ini tidak dipakai lagi karena tidak
praktis, diberikan IM dengan dosis tinggi, dan semakin sering terjadi syok
anafilaktik.
b.
Ampisilin
Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1
jam sebelum makan. Dosis anak 50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
c.
Amoksisilin
Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50
mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Kelebihannya lebih praktis karena dapat
diberikan setelah makan. Juga cepat absorbsi dibandingkan dengan ampisilin
sehingga konsentrasi dalam plasma lebih tinggi.
d.
olongan obat penisilin
resisten-penisilinase
Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin,
dikloksasilin, flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari sebelum makan.
Dosis flukloksasilin untuk anak-anak adalah 6,25-11,25 mg/kgBB/hari dibagidalam
4 dosis.
e.
Linkomisin dan Klindamisin
Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klindamisin
diabsorbsi lebih baik karena itu dosisnya lebih kecil, yakni 4 x 300-450 mg
sehari. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4
dosis, sedangkan klindamisin 8-16 mg/kgBB/hari atau sapai 20 mg/kgBB/hari pada
infeksi berat, dibagi dalam 3-4 dosis. Obat ini efektif untuk pioderma
disamping golongan obat penisilin resisten-penisilinase. Efek samping yang
disebut di kepustakaan berupa colitis pseudomembranosa, belum pernah ditemukan.
Linkomisin gar tidak dipakai lagi dan diganti dengan klindamisin karena potensi
antibakterialnya lebih besar, efek sampingnya lebih sedikit, pada pemberian pe
oral tidak terlalu dihambat oleh adanya makanan dalam lambung.
f.
Eritromisin
Dosisnya 4x 500 mg sehari per os.
Efektivitasnya kurang dibandingkan dengan linkomisin/klindamisin dan obat
golongan resisten-penisilinase. Sering member rasa tak enak dilambung. Dosis
linkomisin untuk anak yaitu 30-5mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis.
g.
Sefalosporin
Pada pioderma yang berat atau yang tidak member respon
dengan obat-obatan tersebut diatas, dapat dipakai sefalosporin. Ada 4 generasi
yang berkhasiat untuk kuman positif-gram ialah generasi I, juga generasi IV.
Contohya sefadroksil dari generasi I dengan dosis untuk orang dewasa2 x 500 m
sehari atau 2 x 1000 mg sehari (per oral), sedangkan dosis untuk anak 25-50
mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
3.
Topikal
Bermacam-macam
obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan pioderma. Obat topical anti
mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar kelak tidak terjadi
resistensi dan hipersensitivitas, contohnya ialah basitrasin, neomisin, dan
mupirosin. Neomisin juga berkhasiat untuk kuman negatif-gram.Neomisin, yang di
negeri barat dikatakan sering menyebabkan sensitisasi, jarang ditemukan.
Teramisin dan kloramfenikol tidak begitu efektif, banyak digunakan karena
harganya murah. Obat-obat tersebut digunakan sebagai salap atau krim. Sebagai
obat topical juga kompres terbuka, contohnya: larutan permangas kalikus 1/5000,
larutan rivanol 1% dan yodium povidon 7,5 % yangndilarutkan 10 x. yang terakhir
ini lebih efektif, hanya pada sebagian kecil mengalami sensitisasi karena
yodium. Rivanol mempunyai kekurangan karena mengotori sprei dan mengiritasi
kulit.
11. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian.
1. Identitas
klien yang meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, dann status.
2. Riwayat
kesehatan: Pada umumnya pasien
mengeluh Pasien mengeluh nyeri, badan terasa panas,
gatal-gatal pada kulit, terdapat luka pada kulit.
3. Riwayat
penyakit saat ini : Pada pasien dengan
penyakit Addison gejala yang sering muncul ialah pada gejala awal : mengeluh nyeri, badan terasa panas, mual muntah, gatal-gatal pada
kulit, terdapat luka pada kulit, tidak bisa tidur/kurang tidur, malu dengan
kondisi sakitnya, dan mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya.
4. Riwayat penyakit dahulu
: Perlu dikaji apakah
klien pernah menderita infeksi pada kulit, dermatitis, tumor kulit.
5. Riwayat penyakit
keluarga : Perlu dikaji apakah
dalam keluarga ada yang pernah mengalami penyakit yang sama / penyakit kulit yang lain.
6. Pemeriksaan
fisik:
1. B1 (Breath)
a.
Inspeksi : bentuk
simetris. Kaji frekuensi, irama dan tingkat kedalaman pernafasan, adakah
penumpukan sekresi. dipsnea (-),
retraksi dada (-), takipnea (-)
b. Palpasi : kaji adanya massa, nyeri tekan ,
kesemitrisan.
c. Auskultasi : dengan menggunakan stetoskop kaji
suara nafas vesikuler, intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing
untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho pnemonia atau infeksi
lainnya.
2.
B2 (Blood)
a.
Palpasi : peningkatan suhu kulit di atas massa
serta adanya pelebaran vena, nadi
meningkat.
b.
Perkusi : batas normal (batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm ke arah
kiri dari garis midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5 dan 8.
c.
Auskultasi : s1s2
tunggal
3.
B3 (Brain)
a.
Inspeksi : px
cukup, yang diamati mulai pertama kali
bertemu dengan klien. Keadaan sakit diamati apakah berat, sedang, ringan atau
tidak tampak sakit. Kesadaran diamati komposmentis, apatis, samnolen, delirium,
stupor dan koma.
b.
Palpasi : adakah
parese, anesthesia.
c.
Perkusi : refleks
fisiologis dan refleks patologis.
Kepala : kesemitiras
muka, warna dan distibusi rambut serta kondisi kulit kepala. Wajah tampak pucat.
Mata : Amati
mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah icterus. Reflek mata dan pupil
terhadap cahaya, isokor, miosis atau midriasis. Pada keadaan diare yang lebih
lanjut atau syok hipovolumia reflek pupil (-).
Hidung : dapat
membedakan bau wangi,busuk.
Telinga : bisa
mendengarkan suara dengan baik.
4.
B4 (Bladder)
a.
Inspeksi : testis
positif pada jenis kelamin laki-laki, apakah labiomayor menutupi labio minor,
pembesaran scrotum (-), rambut(-). BAK frekuensi, warna dan bau serta cara
pengeluaran kencing spontan atau mengunakan alat. Observasi output tiap 24 jam
atau sesuai ketentuan.
b.
Palpasi : adakah
pembesaran scrotum,infeksi testis atau femosis.
5.
B5 (Bowel)
a.
Inspeksi : BAB,
konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari,
adakah bau, disertai lendi atau darah. Kontur permukaan kulit menurun, retraksi
dan kesemitrisan abdomen. Ada konstipasi atau diare.
b.
Auskultasi : Bising
usus
c.
Perkusi : mendengar
adanya gas, cairan atau massa, hepar dan lien tidak membesar suara tymphani.
d.
Palpasi : adakah
nyeri tekan, superfisial pemuluh darah.
6.
B6 (Bone)
a.
Inspeksi : pada
kulit pasien yang terkena infeksi tampak merah, terdapat pus jika sudah parah,adanya
odem di kulit yang terkena infeksi.
b.
Palpasi : teraba adanya pus di kulit
yang terkena infeksi dan peningkatan suhu kulit di atas
massa. Adanya rasa gatal.
c.
Perkusi : nyeri dan atau mati rasa pada kulit yang terkena.
7.
Pola Nutrisi
Kebiasaan pola makan yang kurang bersih (misalnya : makanan
yang kurang higinies). Anoreksia, mual/muntah. Perubahan pada kelembapan/turgor
kulit, edema.
8.
Pola eliminasi
Perubahan pola defikasi, BAB
dan BAK dilakukan sendiri.
9.
Pola istirahat
Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam
hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti : nyeri, ansietas,
dan gagal-gatal.
10. Pola
aktivitas
Px nampak gelisah, cemas, malu dengan kondisi
penyakitnya sehingga mengakibatkan gangguan pada pola aktivitasnya, tingkat
stress tinggi.
7.
Diagnosa.
1.
Nyeri
yang berhubungan dengan agen injuri fisik (lesi kulit)
2.
Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan pioderma
3.
Gangguan
citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik
4.
Resiko
terjadinya infeksi berhubungan dengan keadaan penyakitnya.
8. Intervensi
1.
Diagnosa
1 : Nyeri yang berhubungan dengan
agen injuri fisik (lesi kulit)
Tujuan dan Kriteria
Hasil :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan ... x 24 jam, diharapkan nyeri px dapat terkontrol dengan
kriteria hasil :
1.
Pasien
tampak meringis
2.
Skala
nyeri 3 (
tidak nyeri)
3.
Pasien
tampak risau
4.
Ukuran
pioderma sedang
No
|
Rencana Keperawatan
|
Rasional
|
1
|
Kaji nyeri,
P:disebabkn oleh bakteri streptococcus
Q:terasa seperti tertusuk
R:pada daerah kulit yang terkena infeksi
S:skala yang ditemukan adalah pada
tingkat 3
T: hilang timbul
|
Informasi memberikan data dasar untuk
mengevaluasi kebutuhan/ keefektifan intervensi
|
2
|
Tingkatkan kenyamanan dasar (missal
teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi)dan aktivitas
hiburan(missal : music, televisi)
|
Meningkatkan relaksasi dan membantu
memfokuskan kembali perhatian.
|
3
|
Berikan aktivitas terapeutik tepat
sesuai dengan kondisi dan usia pasien
|
Membantu mengurangi konsentrasi nyeri
yang dialami dan memfokuskan kembali perhatian
|
4
|
Berikan analgesic sesuai indikasi,
missal morfin, metadon, atau campuran narkotik IV khusus. Pastikan hal
tersebut hanya untuk memberikan analgesic dalam sehari. Ganti dari analgesic
kerja pendek menjadi kerja panjang bila ada indikasi.
|
Nyeri adalah kompikasi tersering dari
kanker, meskipun respon individu berbeda. Saat perubahan penyakit /pengobatan
terjadi ,penilaian dosis dan pemberian akan diperlukan
|
2. Diagnosa 2 : Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan pioderma
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24
jam diharapkan kerusakan integritas kulit
dapat teratasi, dengan kriteria hasil :
1. Px menyatakan ketidak nyamanannya hilang
2. Px menunjukkan perilaku/tekhnik untuk mencegah kerusakan
kulit
3. Px dapat mencapai penyembuhan luka sesuai waktu /penyembuhan
lesi
No
|
RencanaKeperawatan
|
Rasional
|
1
|
Kaji/catatukuranatauwarna, kedalamanlukadankondisisekitarluka
|
Memberikaninformasidasartentangkebutuhandanpetunjuktentangsirkulasi
|
2
|
Anjurkanpasienuntukmenjagakebersihankulitdengancaramandisehari 2 kali
|
Menjagakebersihankulitdanmencegahkomplikasi
|
3
|
Lindungikulit yang sehatterhadapkemungkinanmaserasi
|
Maserasipadakulit yang
sehatdapatmenyebabkanpecahnyakulitdanperluasankelainan primer
|
4
|
Berinasehatkepadapasienuntukmenjaga agar
kulittetaplembabdanfleksibeldenganpengolesan cream atau lotion
|
Piodermamemerlukan air agar fleksibelitaskulittetapterjaga. Pengolesan
cream atau lotion untukmencegah agar kulittidakmenjadikasar, retakdanbersisik
|
5
|
Kolaborasidalampemberianobat topical
|
Mencegahataumengontrolinfeksi
|
3. Diagnosa 3 : Gangguan
citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik
TujuandanKriteriaHasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x
24 jam gangguan citra diri teratasi dengan kriteria hasil :
1. Px dapat mengembangkan
peningkatan kemauan
2. Px dapat melaporkan perasaan
dalam pengendalian situasi
3. Px dapat menguatkan kembali
dukungan positif dari diri sendiri
4. Px dapat mengutarakan perhatian
terhadap diri sendiri yang lebih sehat
5. Px tampak tidak begitu
memprihatinkan kondisi
No
|
Rencana Keperawatan
|
Rasional
|
1
|
Berikankesempatanuntukpengungkapan,
dengarkandengancaraterbukadantidakmenghakimiuntukmengekspresikanperasaan.
|
Pasienmembutuhkanpengalamandidengarkandandipahami
|
2
|
Dorongpasienuntukbersosialisasidengan orang lain dan Bantu
pasienkearahpenerimaandiri
|
Membantudalammeningkatkansosialisasidanpenerimaandiri
|
3
|
Anjurkanklienuntukmengekspresikanperasaan.
|
Menunjukkanpenerimaan,
membantuklienuntukmengenaldanmulaimenyesuaikandenganperasaantersebut
|
4
|
Bersamaklienmencari alternative koping yang
positif
|
Dukunganperawatpadakliendapatmeningkatkan rasa
percayadiriklien
|
4. Diagnosa4 : resiko
terjadinya infeksi berhubungan dengan keadaan penyakitnya.
Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan
infeksi berkurang dan tidak ada infeksi dengan kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda
infeksi seperti kalor, rubor, dolor, tumor, fungsiolesia
No
|
Rencana
keperawatan
|
Rasional
|
1
|
Berikanpetunjuk yang
jelasdanrincikepadapasienmengenai program terapi
|
Pemberianintruksi yang
jelasdiperkuatdenganinstruksitertulis
|
2
|
Nasehatipasienuntukmenghentikanpemakaiansetiapobatkulit
yang memperburukmasalah
|
Reaksialergidapatterjadiakibatsetiapunsur
yang adadalamobattersebut
|
3
|
Berikanterapi antibiotic
sesuaiinstruksidokter
|
Membunuhataumencegahpertumbuhanmikroorganismepenyebabinfeksi
|
4
|
Gunakanobat-obat topical
yang mengandungkoortikosteroidsesuaiindikasi
|
Kortikosteroidmemilikikerja
anti inflamasi
|
Pathway Pioderma




![]() |













![]() |
|||||
![]() |
![]() |
||||
Gangguan Integritas Kulit Gangguan Citra Tubuh Resiko Infeksi
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Infeksi kulit tidak hanya dapat menimbulkan masalah
kesehatan fisik namun juga masalah psikis dan ekonomi sosial seseorang. Infeksi
kulit berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi infeksi bakteri, infesi virus, dan
infeksi jamur. Infeksi bakteri terdiri dariimpetigo, folikulitis, furunkel, dan
karbunakel. Infeksi virus contoh yang paling banyak adalah herpes zoster.
Infeksi jamur terdiri dari yinea kapitis, tinea korporis, tinea kruris, tinea
pedis, dan tinea ungiumngum. Penatalaksanaan infeksi kulit tergantung pada
penyebabnya itu sendiri. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan
integument adalah Lokasi dan/atau dari kelainan yang ada, karekteristik dari
setiap lesi, pemeriksaan lokasi-lokasi “sekunder” dan teknik-teknik pemeriksaan
“khusus”. Adapaun masalah keperawatan yang dapat muncul dari infesi kulit
adalah Nyeri, hipertermi, ansietas, kerusakan integritas kulit, gangguan citra
tubuh.
2.
Saran
1. Saran Bagi Mahasiswa Keperawatan
Seluruh mahasiswa keperawatan agar meningkatkan
pemahamannya terhadap penyakit Epioderma sehingga dapat dikembangkan dalam
tatanan layanan keperawatan.
2. Saran Bagi Perawat
Diharapkan agar perawat bisa menindaklanjuti
penyakit tersebut melalui kegiatan riset sebagai dasar untuk pengembangan
Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit dalam seluruh tatanan
layanan kesehata
3. Saran Bagi Institusi Pendidikan
Bagi
institusi pendidikan hendaknya menyediakan buku – buku yang ada kaitannya
dengan penyakit Epioderma, sehingga menambah refrensi bagi
mahasiswa keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC.
2. Brunner
& Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
3. Corwin, E.
2000. Handbook of Patophysiology (Buku Terjemahan). Jakarta :EGC
5.
Herdman,
T. Heather. 2012. NANDA Definisi dan Klasifikasi 2012 -2014 (terjemahan).
Jakarta : EGC