Sabtu, 10 Oktober 2015

asuhan keperawatan pada pioderma



Makalah Asuhan Keperawaratan Pada Pioderma









Disusun Oleh Kelompok 2 :
1.     Dwi Magdalena
2.     Melliya Andriyanti
3.     Yeni Aprilia Dewi
4.     Apner Koa
5.     Windy Taseseb
6.     Suryansyah




SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
PRODI S1-KEPERAWATAN
2015

DAFTAR ISI

1.     Cover............................................................................................. i
2.     Daftar isi........................................................................................ ii
3.     Isi................................................................................................... 1
a.     Pendahuluan.............................................................................. 1
1.     Latar belakang...................................................................... 1
2.     Rumusan masalah................................................................ 1
3.     Tujuan.................................................................................. 1
b.     Pembahasan.............................................................................. 2
1.     Laporan pendahuluan pada pioderma.................................. 2
2.     Askep pada pioderma.......................................................... 8
c.      Penutup..................................................................................... 16
1.     Kesimpulan.......................................................................... 16
2.     Saran.................................................................................... 16
d.     Saran......................................................................................... 17

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pioderma adalah terminologi umum untuk berbagai penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh kuman (bakteri). Paling sering oleh infeksi bakteri gram positif Staphylococcus aureus, Streptococcus beta hemolyticus atau keduanya yang biasanya terdapat pada tempat-tempat yang kurang bersih. Kecuali bakteri gram positif, walaupun jarang dapat juga disebabkan oleh bakteri gram negatif, seperti Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Proteus mirabilis, Escherichia coli dan Klebsiella.
Pioderma terbagi dalam dua kategori, yakni :
a.       Pioderma primer adalah infeksi pada kulit normal yang disebabkan oleh satu jenis mikroorganisme.
b.      Pioderma sekunder adalah infeksi pada kulit yang sebelumnya sudah ada infeksi lain. Misalnya orang dengan scabies (infeksi yang disebabkan oleh parasit) cenderung akan menggaruk karena rasa gatal pada kulit yang disebabkan parasit ini. Garukan dapat menyebabkan luka lecet. Luka ini dapat mengalami infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi Pioderma.
Dalam praktek sehari-hari pioderma dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan jenis. Cirinya berupa bercak kemerahan di kulit yang terinfeksi disertai rasa nyeri, panas dan kadang gatal. Penyakit ini dapat menular dari kulit yang terinfeksi ke kulit yang sehat, baik pada tubuh penderitanya sendiri maupun pada orang lain yang kontak langsung dengan penderita.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana laporan pendahuluan pada Pioderma?
2.      Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit Pioderma?

C.    Tujuan Masalah
1.      Mengetahui laporan pendahuluan pada penyakit Pioderma?
2.      Mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit Pioderma?
BAB II
PEMBAHASAN

1.      Anatomi dan Fisiologi
Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh,   membungkus daging dan organ-organ yang ada didalamnya. Luas kulit pada manusia rata-rata + 2 meter persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak atau beratnya sekitar 16 % dari berat badan seseorang.
Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar dan seperti jaringan tubuh lainnya, kulit juga bernafas (respirasi), menyerap oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Kulit menyerap oksigen yang diambil lebih banyak dari aliran darah,   begitu pula dalam pengeluaran karbondioksida yang lebih banyak dikeluarkan    melalui aliran darah. Kecepatan penyerapan oksigen ke dalam kulit dan pengeluaran karbondioksida dari kulit tergantung pada banyak faktor di dalam maupun di luar kulit, seperti temperatur udara atau suhu, komposisi gas di sekitar kulit, kelembaban udara, kecepatan aliran darah ke kulit, tekanan gas didalam  darah kulit, penyakit-penyakit  kulit, usia, keadaan vitamin dan hormone di kulit, perubahan dalam metabolism sel   kulit dan pemakaian bahan kimia pada kulit.
Sifat-sifat anatomis dan fisiologis kulit di berbagai daerah tubuh sangat berbeda. Sifat-sifat anatomis yang khas, berhubungan erat dengan tuntutan-tuntutan faali  yang  berbeda di masing-masing daerah tubuh, seperti halnya kulit di telapak tangan, telapak kaki, kelopak mata, ketiak dan bagian lainnya merupakan pencerminan penyesuaiannya kepadafungsinya masing-masing. Kulit di daerah–daerah tersebut berbeda ketebalannya, keeratan hubungannya dengan lapisan bagian dalam, dan berbeda  pula  dalam  jenis  serta  banyaknya andeksa yang  ada  di  dalam lapisan kulitnya.
Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu : kulit ari (epidermis), sebagai   lapisan yang paling luar, kulit jangat (dermis, korium atau kutis) dan jaringan penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis atau subkutis).



2.      Pengertian
Pioderma adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus B Hemoliticus, atau oleh kedua-duanya.
Pioderma adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus, atau oleh kedua-duanya.
Pioderma adalah terminologi umum untuk penyakit-penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh kuman (bakteri), terutama Streptococcus beta hemolyticus atau Staphylococcus aureus..

3.      Etiologi
Penyebab yang utama ialah Staphylococcus aureus dan Staphylococcus B hemolitikus, sedangkan Staphylococcus epidermidis merupakan penghuni normal di kulit dan jarang menyebabkan infeksi.

4.      Patofisiologi
Patologi prototipe lesi staphylococcus adalah furunkel atau abses setempat lainnya. Kelompok-kelompok S. aureus yang tinggal dalam folikel rambut menimbulkan nekrosis jaringan. Koagulase dihasilkan dan mengkoagulasi fibrin disekitar lesi dan didalam saluran getah bening, mengakibatkan pembentukan dinding yang membatasi proses dan diperkuat oleh penumpukan sel radang dan kemudian jaringan fibrosis. Di tengah-tengah lesi, terjadi pencairan jaringan nekrotik (dibantu oleh hipersensitivitas tipe lambat) dan abses mengarah pada daerah yang daya tahannya paling kecil, setelah jaringan nekrotik mengalir keluar, rongga secara perlahan-lahan diisi dengan jaringan granulasi dan akhirnya sembuh.

5.      Klasifikasi
1.      Impetigo
Impetigo ialah pioderma superfisialis ( terbatas pada epidermis ). Terdapat 2 bentuk ialah impetigo krustosa dan impetigo bulosa.
2.      Folikulitis
Merupakan radang folikel rambut yang biasanya disebabkan Staphylococcus aureus.
3.      Furunkel/Karbunkel
Merupakan radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika lebih dari pada sebuah disebut Furunkulosis, Karbunkel merupakan kumpulan Furunkel. Biasanya disebabkan oleh Stapyhlococcus aureus, keluhan biasanya nyeri.
4.      Ektima
Ektima ialah ulkus superfisial dengan krusta di atasnya disebabkan infeksi oleh Streptococcus.
5.      Pionika
Radang disekitar kuku oleh piokokus, disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan streptococcus B hemolyticus, biasanya didahului dengan trauma atau infeksi.
6.      Erisipelas
adalah penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh Streptococcus, gejala utamanya ialah eritema berwarna merah cerah, biasanya disebabkan oleh Streptococcus B hemolyticus.
7.      Selulitis
Etiologi, gejala konstitusi, tempat predileksi, kelainan pemeriksaan laboratoriksama dengan erisipelas. Kelainan kulit berupa infiltrate yang difus di subkutan dengan tanda-tanda radang akut.


8.      Flegmon
Merupakan selulitisyang mengalami supurasi. Terapinya sama dengan selulitis hanya ditambah insisi.
9.      Ulkus Piogenik
Berbentuk ulkus yang gambaran klinisnya tidak khas disertai pus di atasnya. Dibedakan dengan ulkus lain yang disebabkan oleh kuman negative-Gram, oleh karena itu perlu dilakukan kultur.

6.      Pathway (lampiran)

7.      Manifestasi Klinis
1.      Benjolan merah di kulit yang membesar dan menjadi bernanah setelah beberapa hari, dan akan pecah dengan sendirinya
2.      Demam / Panas
3.      Adanya Nodul
4.      Mual, Muntah
5.      Krusta
6.      Nyeri
7.      Gatal-gatal
8.      Radang
9.      Papul dan Prustul

8.      Komplikasi
1.      Bisa menyebar ke bagian tubuh yang lain
2.      Septikemia (bakteri dalam peredaran darah)
3.      Komplikasi
4.      Erisipelas adalah peradangan epidermis dan dermis yang ditandai dengan infiltrat eritema, edema, berbatas tegas, dan disertai dengan rasa panas dan nyeri. Onset penyakit ini sering didahului dengan gejala prodromal berupa menggigil, panas tinggi, sakit kepala, mual muntah, dan nyeri sendi. Pada pemeriksaan darah rutin dapat dijumpai lekositosis 20.000/mm3 atau lebih.
5.      Selulitis adalah peradangan supuratif yang menyerang subkutis, ditandai dengan peradangan lokal, infiltrate eritema berbatas tidak tegas, disertai dengan rasa nyeri tekan dan gejala prodromal tersebut di atas.

9.      Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan laboratorik (darah tepi) terdapat leukositosis. Pada kasus yang kronis dan sukar sembuh dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada kemungkinan penyebabnya bukan stafilokokus melainkan kuman negative-Gram. Hasil tes resistensi hanya bersifat menyokong, invivo tidak selalu sesuai dengan in vitro.

10.  Penatalaksanaan
1.      Pada pengobatan umum kasus pioderma , factor hygiene perorangan dan lingkungan harus diperhatikan
2.      Sistemik
1.      Penisilin G prokain dan semisintetiknya
a.       Penisilin G prokain
Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin merupakan obat pilihan (drug of choice), walaupun di rumah sakit kota-kota besar perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya resistensi. Obat ini tidak dipakai lagi karena tidak praktis, diberikan IM dengan dosis tinggi, dan semakin sering terjadi syok anafilaktik.
b.      Ampisilin
Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak 50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
c.       Amoksisilin
Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan setelah makan. Juga cepat absorbsi dibandingkan dengan ampisilin sehingga konsentrasi dalam plasma lebih tinggi.


d.      olongan obat penisilin resisten-penisilinase
Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin, dikloksasilin, flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari sebelum makan. Dosis flukloksasilin untuk anak-anak adalah 6,25-11,25 mg/kgBB/hari dibagidalam 4 dosis.
e.       Linkomisin dan Klindamisin
Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik karena itu dosisnya lebih kecil, yakni 4 x 300-450 mg sehari. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis, sedangkan klindamisin 8-16 mg/kgBB/hari atau sapai 20 mg/kgBB/hari pada infeksi berat, dibagi dalam 3-4 dosis. Obat ini efektif untuk pioderma disamping golongan obat penisilin resisten-penisilinase. Efek samping yang disebut di kepustakaan berupa colitis pseudomembranosa, belum pernah ditemukan. Linkomisin gar tidak dipakai lagi dan diganti dengan klindamisin karena potensi antibakterialnya lebih besar, efek sampingnya lebih sedikit, pada pemberian pe oral tidak terlalu dihambat oleh adanya makanan dalam lambung.
f.       Eritromisin
Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan dengan linkomisin/klindamisin dan obat golongan resisten-penisilinase. Sering member rasa tak enak dilambung. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-5mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis.
g.      Sefalosporin
Pada pioderma yang berat atau yang tidak member respon dengan obat-obatan tersebut diatas, dapat dipakai sefalosporin. Ada 4 generasi yang berkhasiat untuk kuman positif-gram ialah generasi I, juga generasi IV. Contohya sefadroksil dari generasi I dengan dosis untuk orang dewasa2 x 500 m sehari atau 2 x 1000 mg sehari (per oral), sedangkan dosis untuk anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
3.      Topikal
Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan pioderma. Obat topical anti mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar kelak tidak terjadi resistensi dan hipersensitivitas, contohnya ialah basitrasin, neomisin, dan mupirosin. Neomisin juga berkhasiat untuk kuman negatif-gram.Neomisin, yang di negeri barat dikatakan sering menyebabkan sensitisasi, jarang ditemukan. Teramisin dan kloramfenikol tidak begitu efektif, banyak digunakan karena harganya murah. Obat-obat tersebut digunakan sebagai salap atau krim. Sebagai obat topical juga kompres terbuka, contohnya: larutan permangas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1% dan yodium povidon 7,5 % yangndilarutkan 10 x. yang terakhir ini lebih efektif, hanya pada sebagian kecil mengalami sensitisasi karena yodium. Rivanol mempunyai kekurangan karena mengotori sprei dan mengiritasi kulit.

11.  Asuhan keperawatan
1.      Pengkajian.
1.      Identitas klien yang meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, dann status.
2.      Riwayat kesehatan: Pada umumnya pasien mengeluh Pasien mengeluh nyeri, badan terasa panas, gatal-gatal pada kulit, terdapat luka pada kulit.
3.      Riwayat penyakit saat ini : Pada pasien dengan penyakit Addison gejala yang sering muncul ialah pada gejala awal : mengeluh nyeri, badan terasa panas, mual muntah, gatal-gatal pada kulit, terdapat luka pada kulit, tidak bisa tidur/kurang tidur, malu dengan kondisi sakitnya, dan mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya.
4.      Riwayat penyakit dahulu : Perlu dikaji apakah klien pernah menderita infeksi pada kulit, dermatitis, tumor kulit.
5.      Riwayat penyakit keluarga : Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah mengalami penyakit yang sama / penyakit kulit yang lain.
6.      Pemeriksaan fisik:
1.      B1 (Breath)
a.       Inspeksi : bentuk simetris. Kaji frekuensi, irama dan tingkat kedalaman pernafasan, adakah penumpukan sekresi. dipsnea  (-), retraksi dada (-), takipnea (-)
b.      Palpasi : kaji adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan.
c.       Auskultasi : dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas vesikuler, intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho pnemonia atau infeksi lainnya.
2.      B2 (Blood)
a.       Palpasi : peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena, nadi meningkat.
b.      Perkusi : batas normal (batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5 dan 8.
c.       Auskultasi : s1s2 tunggal
3.      B3 (Brain)
a.         Inspeksi : px cukup,  yang diamati mulai pertama kali bertemu dengan klien. Keadaan sakit diamati apakah berat, sedang, ringan atau tidak tampak sakit. Kesadaran diamati komposmentis, apatis, samnolen, delirium, stupor dan koma.
b.        Palpasi : adakah parese, anesthesia.
c.         Perkusi : refleks fisiologis dan refleks patologis.
Kepala : kesemitiras muka, warna dan distibusi rambut serta kondisi kulit kepala. Wajah tampak pucat.
Mata : Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah icterus. Reflek mata dan pupil terhadap cahaya, isokor, miosis atau midriasis. Pada keadaan diare yang lebih lanjut atau syok hipovolumia reflek pupil (-).
Hidung : dapat membedakan bau wangi,busuk.
Telinga : bisa mendengarkan suara dengan baik.
4.      B4 (Bladder)
a.         Inspeksi : testis positif pada jenis kelamin laki-laki, apakah labiomayor menutupi labio minor, pembesaran scrotum (-), rambut(-). BAK frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing spontan atau mengunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan.
b.        Palpasi : adakah pembesaran scrotum,infeksi testis atau femosis.
5.      B5 (Bowel)
a.       Inspeksi : BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah. Kontur permukaan kulit menurun, retraksi dan kesemitrisan abdomen. Ada konstipasi atau diare.
b.      Auskultasi : Bising usus
c.       Perkusi : mendengar adanya gas, cairan atau massa, hepar dan lien tidak membesar suara tymphani.
d.      Palpasi : adakah nyeri tekan, superfisial pemuluh darah.
6.      B6 (Bone)
a.         Inspeksi : pada kulit pasien yang terkena infeksi tampak merah, terdapat pus jika sudah parah,adanya odem di kulit yang terkena infeksi.
b.        Palpasi : teraba adanya pus di kulit yang terkena infeksi dan peningkatan suhu kulit di atas massa. Adanya rasa gatal.
c.         Perkusi : nyeri dan  atau mati rasa pada kulit yang terkena.
7.      Pola Nutrisi
Kebiasaan pola makan yang kurang bersih (misalnya : makanan yang kurang higinies). Anoreksia, mual/muntah. Perubahan pada kelembapan/turgor kulit, edema.
8.      Pola eliminasi
Perubahan pola defikasi, BAB dan BAK dilakukan sendiri.
9.      Pola istirahat
Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti : nyeri, ansietas, dan gagal-gatal.
10.  Pola aktivitas
Px nampak gelisah, cemas, malu dengan kondisi penyakitnya sehingga mengakibatkan gangguan pada pola aktivitasnya, tingkat stress tinggi.
7.      Diagnosa.
1.        Nyeri yang berhubungan dengan agen injuri fisik (lesi kulit)
2.        Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pioderma
3.        Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik
4.        Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan keadaan penyakitnya.
8.      Intervensi
1.        Diagnosa 1 : Nyeri yang berhubungan dengan agen injuri fisik (lesi kulit)
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ... x 24 jam, diharapkan nyeri px dapat terkontrol dengan kriteria hasil :
1.               Pasien tampak meringis
2.               Skala nyeri 3 ( tidak nyeri)
3.               Pasien tampak risau
4.               Ukuran pioderma sedang

No
Rencana Keperawatan
Rasional
1
Kaji nyeri,
P:disebabkn oleh bakteri streptococcus
Q:terasa seperti tertusuk
R:pada daerah kulit yang terkena infeksi
S:skala yang ditemukan adalah pada tingkat 3
T: hilang timbul
Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/ keefektifan intervensi
2
Tingkatkan kenyamanan dasar (missal teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi)dan aktivitas hiburan(missal : music, televisi)
Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.
3
Berikan aktivitas terapeutik tepat sesuai dengan kondisi dan usia pasien
Membantu mengurangi konsentrasi nyeri yang dialami dan memfokuskan kembali perhatian
4
Berikan analgesic sesuai indikasi, missal morfin, metadon, atau campuran narkotik IV khusus. Pastikan hal tersebut hanya untuk memberikan analgesic dalam sehari. Ganti dari analgesic kerja pendek menjadi kerja panjang bila ada indikasi.
Nyeri adalah kompikasi tersering dari kanker, meskipun respon individu berbeda. Saat perubahan penyakit /pengobatan terjadi ,penilaian dosis dan pemberian akan diperlukan

2.      Diagnosa 2 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pioderma
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan kerusakan integritas kulit  dapat teratasi, dengan kriteria hasil :
1.    Px menyatakan ketidak nyamanannya hilang
2.    Px menunjukkan perilaku/tekhnik untuk mencegah kerusakan kulit
3.    Px dapat mencapai penyembuhan luka sesuai waktu /penyembuhan lesi

No
RencanaKeperawatan
Rasional
1
Kaji/catatukuranatauwarna, kedalamanlukadankondisisekitarluka
Memberikaninformasidasartentangkebutuhandanpetunjuktentangsirkulasi
2
Anjurkanpasienuntukmenjagakebersihankulitdengancaramandisehari 2 kali
Menjagakebersihankulitdanmencegahkomplikasi
3
Lindungikulit yang sehatterhadapkemungkinanmaserasi
Maserasipadakulit yang sehatdapatmenyebabkanpecahnyakulitdanperluasankelainan primer
4
Berinasehatkepadapasienuntukmenjaga agar kulittetaplembabdanfleksibeldenganpengolesan cream atau lotion
Piodermamemerlukan air agar fleksibelitaskulittetapterjaga. Pengolesan cream atau lotion untukmencegah agar kulittidakmenjadikasar, retakdanbersisik
5
Kolaborasidalampemberianobat topical
Mencegahataumengontrolinfeksi

3.      Diagnosa 3 : Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik
TujuandanKriteriaHasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam gangguan citra diri teratasi dengan kriteria hasil :
1.    Px dapat mengembangkan peningkatan kemauan
2.    Px dapat melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi
3.    Px dapat menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri
4.    Px dapat mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat
5.    Px tampak tidak begitu memprihatinkan kondisi

No
Rencana Keperawatan
Rasional
1
Berikankesempatanuntukpengungkapan, dengarkandengancaraterbukadantidakmenghakimiuntukmengekspresikanperasaan.
Pasienmembutuhkanpengalamandidengarkandandipahami
2
  Dorongpasienuntukbersosialisasidengan orang lain dan Bantu pasienkearahpenerimaandiri
Membantudalammeningkatkansosialisasidanpenerimaandiri
3
Anjurkanklienuntukmengekspresikanperasaan.
Menunjukkanpenerimaan, membantuklienuntukmengenaldanmulaimenyesuaikandenganperasaantersebut
4
Bersamaklienmencari alternative koping yang positif
Dukunganperawatpadakliendapatmeningkatkan rasa percayadiriklien


4.      Diagnosa4 : resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan keadaan penyakitnya.
Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan infeksi berkurang dan tidak ada infeksi dengan kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti kalor, rubor, dolor, tumor, fungsiolesia
No
Rencana keperawatan
Rasional
1
Berikanpetunjuk yang jelasdanrincikepadapasienmengenai program terapi
Pemberianintruksi yang jelasdiperkuatdenganinstruksitertulis
2
Nasehatipasienuntukmenghentikanpemakaiansetiapobatkulit yang memperburukmasalah
Reaksialergidapatterjadiakibatsetiapunsur yang adadalamobattersebut
3
Berikanterapi antibiotic sesuaiinstruksidokter
Membunuhataumencegahpertumbuhanmikroorganismepenyebabinfeksi
4
Gunakanobat-obat topical yang mengandungkoortikosteroidsesuaiindikasi
Kortikosteroidmemilikikerja anti inflamasi


Pathway Pioderma

Hos                     Agen       Lingkungan Yang Terpapar Streptococcus B,Hemolitikus
 
Tinggal Dalam Folikel Rambut
Nekrosis Jaringan
Mengkoagulasi Fibrin
                                     Peradangan
Jaringan Fibrosis
                                    
Menekan Saraf Sistem                  Jaringan Nikrotik
Gangguan Rasa Nyaman                             Abses
 
Gangguan Integritas Kulit         Gangguan Citra Tubuh      Resiko Infeksi


BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Infeksi kulit tidak hanya dapat menimbulkan masalah kesehatan fisik namun juga masalah psikis dan ekonomi sosial seseorang. Infeksi kulit berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi infeksi bakteri, infesi virus, dan infeksi jamur. Infeksi bakteri terdiri dariimpetigo, folikulitis, furunkel, dan karbunakel. Infeksi virus contoh yang paling banyak adalah herpes zoster. Infeksi jamur terdiri dari yinea kapitis, tinea korporis, tinea kruris, tinea pedis, dan tinea ungiumngum. Penatalaksanaan infeksi kulit tergantung pada penyebabnya itu sendiri. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan integument adalah Lokasi dan/atau dari kelainan yang ada, karekteristik dari setiap lesi, pemeriksaan lokasi-lokasi “sekunder” dan teknik-teknik pemeriksaan “khusus”. Adapaun masalah keperawatan yang dapat muncul dari infesi kulit adalah Nyeri, hipertermi, ansietas, kerusakan integritas kulit, gangguan citra tubuh.

2.      Saran
1.      Saran Bagi Mahasiswa Keperawatan
Seluruh mahasiswa keperawatan agar meningkatkan pemahamannya terhadap penyakit Epioderma sehingga dapat dikembangkan dalam tatanan layanan keperawatan.
2.      Saran Bagi Perawat
Diharapkan agar perawat bisa menindaklanjuti penyakit tersebut melalui kegiatan riset sebagai dasar untuk pengembangan Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit dalam seluruh tatanan layanan kesehata
3.      Saran Bagi Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan hendaknya menyediakan buku – buku yang ada kaitannya dengan penyakit Epioderma, sehingga menambah refrensi bagi mahasiswa keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA


1.      Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC.
2.      Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
3.      Corwin, E. 2000. Handbook of Patophysiology (Buku Terjemahan). Jakarta :EGC
4.      Guyton and Hall.  1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9. Jakarta :EGC
5.      Herdman, T. Heather. 2012. NANDA Definisi dan Klasifikasi 2012 -2014 (terjemahan). Jakarta : EGC
6.      Mansjoer, A. 2001. Kapita Seekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius



Tidak ada komentar:

Posting Komentar