Sabtu, 10 Oktober 2015

asuhan keperawatan pada carsinoma tulang lengkap



Makalah Asuhan Keperawaratan Pada Osteosarkoma








Disusun Oleh Kelompok 5:
1.    Dwi Puspitasari
2.    Melliya Andriyanti
3.    Oji Nasrul
4.    Vincensius Apollo Nuri
5.    Wilda Quraita Ayyun


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
PRODI S1-KEPERAWATAN
2015
DAFTAR ISI

1.      Cover………………………………………………………….…….....1
2.      Daftar isi…………………………………………………………….....2
3.      Isi…………………………………………………………………...….3
a.       Pendahuluan…………………………………………………..…...3
1.      Latar Belakang…………………………………………….…..3
2.      Rumusan Masalah……………………………………….….…4
3.      Tujuan Masalah…………………………………………….….4
b.      Pembahasan…………………………………………………….….5
1.      Laporan pendahuluan pada Osteosarkom.……..……….….…..5
2.      Asuhan keperawatan pada Osteosarkoma ..………………..…12
c.       Penutup…………………………………………………………....24
1.      Kesimpulan................................................................................24
2.      Saran ……………………………………………………...…..24
4.      Daftar pustaka…………………………………………………...…....26




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut.(Price, 1962:1213)
Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun jumlah penderita kanker ± 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat sekitar 11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per tahun.
Menurut Errol Untung Hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy.
Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 – 25 tahun (pada usia pertumbuhan). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai sekarang penyebab pasti belum diketahui. (Smeltzer. 2001: 2347).
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana laporan pendahuluan pada Osteosarkoma?
2.      Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit Osteosarkoma?

C.    Tujuan Masalah
1.      Mengetahui laporan pendahuluan pada penyakit Osteosarkoma?
2.      Mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit Osteosarkoma?



BAB II
PEMBAHASAN

1.      Anatomi Fisiologi
Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk gerak pasif, proteksi alat-alat di dalam tubuh, pemben Ruang ditengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik yang membentuk berbagai sel darah dan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan posfat. Ruang ditengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik yang membentuk berbagai sel darah dan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan posfat.
Sebagaimana jaringan pengikat lainnya, tulang terdiri dari komponen matriks dan sel. Matriks tulang terdiri dari serat-serat kolagen dan protein non-kolagen. Sedangkan sel tulang terdiri dari osteoblas, oisteosit, dan osteoklas.
Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang.
Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki aliran darah, dengan demikian maka kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang.
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteoklas adalah sel-sel berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorbsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang. Sel-sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulan90g sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah. (Setyohadi, 2007; Wilson. 2005; Guyton. 1997)


pengobatan-osteosarkoma.jpg


2.      Pengertian
Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.(Wong.2003: 595).
Carsinoma tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus secara cepat dan pertimbangannya tidak terkendali. Kanker dapat berasal dari dalam tulang juga timbul dari jaringan atau dari sel- sel kartilago yang berhubungan dengan epiphipisis atau dari unsur-unsur pembentuk darah yang terdapat pada sumsum tulang.
Osteosarkoma (Sarkoma Osteogenik) adalah tumor yang muncul dari mesenkim pembentuk tulang. (Wong. 2003: 616)
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut.(Price. 1998: 1213).
Osteosarkoma (Sarkoma Osteogenik) merupakan tulang primer maligna yang paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat.(Smeltzer. 2001: 2347)
3.      Etiologi
Etiologi dari osteosarkoma adalah :
1.      Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
2.      Keturunan ( genetik )
3.      Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya yang disebabkan oleh penyakit.
4.      Pertumbuhan tulang yang terlalu cepat.
5.      Sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti : makanan dengan zat pengawet, merokok dan lain-lain.

4.      Patofisiologi
Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons osteolitik destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang).Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa tidak menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan mengancam jiwa.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan sering dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya; garis epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
Sel-sel dari tumor primer mengikuti aliran pembuluh darah sampai ke kapiler-kapiler pada tulang. Agregasi antara sel-sel tumor dan sel-sel darah lainnya akan membentuk emboli di kapiler tulang bagian distal. Setelah memasuki tulang, maka sel-sel kanker akan mulai berkembang.
Sel-sel kanker yang telah menyebar ke tulang dapat menyebabkan kerusakan tulang yang hebat. Sel-sel tumor mensekresikan substansi kimia yang dapat menstimulasi osteoclast seperti prostaglandin-E ( PGE ), beberapa jenis sitokin, dan factor-faktor pertumbuhan seperti ( TGF ) α dan β, Epidermal growth factor ( EGF ), ( TNF ), dan IL-1. Osteoclast yang berlebihan akan menyebabkan resorpsi tulang yang berlebihan pula. Hal ini menyebabkan tulang tidak padat. Proses ini disebut osteolitik. Proses ini terjadi pada proses metastase ke tulang oleh kanker payudara.
Sel-sel tumor juga dapat mensekresikan substansi-substansi kimia yang dapat menyebabkan pembentukan tulang yang tak terkendali. Proses ini disebut osteoblastik atau osteosklerotik. Contoh proses ini yaitu metastase ke tulang oleh kanker prostate. Kedua jenis kelainan ini dapat menimbulkan rasa sakit dan lebih lemah dibandingkan tulang yang normal sehingga menjadi lebih mudah patah.

5.      Pathway (lampiran)

6.      Klasifikasi
Klasifikasi Tumor Tulang terdiri dari :
Tumor tulang benigna biasanya tumbuh lambat dan berbatas tegas, gejalanya sedikit dan tidak menyebabkan kematian. Tumor tulang benigna terdiri atas :
a.       Osteoma, berasal dari jaringan tulang sejati yang relative jarang terjadi, biasanya timbul pada tulang membranosa tengkorak.
b.      Chondroma, sering terjadi pada tulang panjang, misalnya pada lengan kadang-kadang terdapat pada tulang datar seperti tulang ileum.
c.       Osteohondroma, bukan neoplasma sejati, berasal dari sel-sel yang tertinggal pada permukaan tulang, lapisan kartilago pada osteochondroma dapat mengalami transformasi maligna setelah trauma dan dapat terjadi chondrosarkoma.
2.      Tumor tulang maligna
Tumor tulang maligna terdiri dari :
a.       Osteosarkoma, berasal dari osteoblas pada metafisis tulang karena itu tumor terlihat pada daerah pertumbuhan yang aktif terutama dibagian distal femur bagian proksimal tibia dan hemerus.
b.      Ewings sarkoma, adalah tumor ganas yang timbul dalam sumsum tulang, pada tulang panjang umumnya femur, tibia, fibula, humerus, ulna, vertebra, skapula.
c.       Multiple myeloma secara patologi tedapat focus distrakdi tulang yang multiple.
d.      Fibrosarkoma adalah tulang yang biasanya menuju kearah ujung korpustulang panjang terutama tulang femur dan tibia.
e.       Chondro sarkoma,timbul dari ujung tulang panjang yang besar atau dari tulang pipih seperti pelvis dan skapula.
Tumor tulang metastatik (tumor tulang sekunder) lebih sering dari tumor tulang maligna primer. Tumor yang muncul dari jaringan tubuh mana saja bisa menginflasi tulang dan menyebabkan destruksi tulang lokal, dengan gejala yang mirip dengan yang terjadi pada tumor tulang primer. Tumor yang bermetastasis ketulang paling sering adalah karsinoma ginjal, prostat, paru-paru, payudara, ovarium dan tiroid. Tumor metastatik paling sering menyerang kranium, vertebra, pelvis femur dan humerus.

7.      Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari karsinoma tulang adalah
a.       Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresifitas penyakit).
b.      Pembengkakan, Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas (Gale. 1999: 245).Teraba massa; lunak dan menetap dengan kenaikan suhu kulit di atas massa serta distensi pembuluh darah maupun pelebaran vena.Lesi primer dapat mengenai semua tulang.
c.       Peningkatan kadar kalsium dalam darah.
d.      Keterbatasan gerak.
e.       Kehilangan berat badan.
f.       Malaise.
g.      Demam.

8.      Komplikasi
1.      Akibat tidak langsung : Penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan tubuh
2.      Akibat pengobatan : Gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah, kebotakan pada kemoterapi.

9.      Pemeriksaan Penunjang
1.      Foto tulang konvensional
Foto tulang konvensional digunakan untuk menentukan karakter metastasis ke tulang.
2.      Gambaran CT-Scan
CT scan digunakan untuk mengevaluasi abnormalitas pada tulang yang susah atau tidak dapat ditemukan dengan X-Ray dan untuk menentukan luasnya tumor atau keterlibatan jaringan 7.
3.      MRI
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa penggunaan MRI untuk mendeteksi suatu metastasis lebih sensitif daripada penggunaan skintiscanning.
Pada pemeriksaan MRI didapatkan modul yang soliter atau lebih (kebanyakan/lebih sering soliter),lesi multipel dengan metastasis ke aksis dari pada rangkaian.
4.      Scintigraphy ( nuclear medicine )
Skintigrafi adalah metode yang efektif sebagai skrining pada seluruh tubuh untuk menilai metastasis ke tulang.
5.      Pemeriksaan bone survey (foto seluruh tubuh)
Bone Survey atau pemeriksaan tulang-tulang secara radio-grafik konvensional adalah pemeriksaan semua tulang-tulang yang paling sering dikenai lesi-lesi metastatik yaitu skelet, foto bone survey dapat memberikan gambaran klinik yaitu:
1.      Lokasi lesi lebih akuran apakah daerah epifisis, metafisis, dan diafisis atau pada organ-organ tertentu.
2.      Apakah tumor bersifat soliter atau multiple.
3.      Jenis tulang yang terkena.
4.      Dapat memberikan gambaran sifat-sifat tumor

10.  Penatalaksanaan
1.      Penatalaksanaan medis
Tujuan penatalaksanaan menghancurkan atau mengangkat jaringan ganas dengan metode seefektip mungkin :
1.      Tindakan pengangkatan tumor biasanya dengan mengamputasi
2.      Alloperinol untuk mengontrol hiperurisemia. Outputurin harus baik(2500-3000ml/hari) unutuk mengukur tingkat  serum kalsium dan mencegah hiperkalsium dan hiperurisemia.
3.      Bifosfonat
Bifosfonat berfungsi untuk menekan laju destruksi dan pembentukan tulang yang berlebihan akibat metastasis.
4.      Kemoterapi dan terapi hormonal
Obat-obat kemoterapi digunakan untuk membunuh sel-sel kanker didalam tubuh.Kemoterapi dapat diberikan per-oral maupun intravena.Terapi hormon digunakan untuk menghambat aktivitas hormon dalam mendukung pertumbuhan kanker.
5.      Radioterapi
Radioterapi berguna untuk menghilangkan nyeri dan mengontrol pertumbuhan tumor di area metastasis.
6.      Pembedahan
Pembedahan dilakukan untuk mencegah atau untuk terapi fraktur.Biasanya pembedahan juga dilakukan untuk mengangkat tumor. Dalam pembedahan mungkin ditambahkan beberapa ornament untuk mendukung struktur tulang yang telah rusak oleh metastasis.
2.      Penatalaksanaan keperawatan
1.      Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ).
2.      Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.
3.      Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat.Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal.Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
4.      Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.
(Smeltzer. 2001)

11.  Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien diare
A.    Pengkajian
1.      Identitas pasien
1.      Identitas klien :  Identits klien( nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, status marietal, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal MRS, diagnose medis ). Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 – 25 tahun (pada usia pertumbuhan). Status ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya osteosarkoma ditinjau dari pola makan, kebersihan dan perawatan. Gaya hidup yang tak sehat misalnya merokok, makanan dan minuman yang mengandung karbon. Alamat berhubungan dengan epidemiologi (tempat, waktu dan orang). Pekerjaan yang memicu terjadinya osteosarkoma adalah yang sering terkena radiasi seperti tenaga kesehatan bagian O.K, tenaga kerja pengembangan senjata nuklir, tenaga IT. Pendidikan berkisar antara SMP samapai Sarjana. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan.
2.      Riwayat keperawatan:
a.       Keluhan utama : Adalah alasan  utama yang menyebabkan dibawanya klien ke rumah sakit (adanya benjolan dan nyeri).
b.      Riwayat penyakit sekarang : Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Didahului dengan manifestasi klinis nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas. Peningkatan kadar kalsium dalam darah. Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat.
c.       Riwayat penyakit dahulu : Perlu dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah dialami sebelumnya yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan proses keperawatan.  Kemungkinan pernah terpapar sering dengan radiasi sinar radio aktif dosis tinggi. Kemungkinan sering mengkonsumsi kalsium dengan batas tidak normal. Kemungkinan sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti : makanan dengan zat pengawet, merokok dan lain-lain      
d.      Riwayat penyakit keluarga : Perlu dikaji untuk mengetahui apakah penyakit yang dialami oleh klien saat ini ada hubungannya dengan penyakit herediter. Kemungkinan ada keluarga yang menderita sarcoma.
3.      Pemeriksaan fisik:
1.      B1 (Breath)
a.       Inspeksi : bentuk simetris. Kaji frekuensi, irama dan tingkat kedalaman pernafasan, adakah penumpukan sekresi. dipsnea  (-), retraksi dada (-), takipnea (+)
b.      Palpasi : kaji adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan.
c.       Auskultasi : dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas vesikuler, intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho pnemonia atau infeksi lainnya.
2.      B2 (Blood)
a.      Inspeksi : pucat
b.     Palpasi : peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena, nadi meningkat.
c.      Perkusi : batas normal (batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5 dan 8.
d.     Auskultasi : disritmia jantung,
3.      B3 (Brain)
a.    Inspeksi : px lemas,  yang diamati mulai pertama kali bertemu dengan klien. Keadaan sakit diamati apakah berat, sedang, ringan atau tidak tampak sakit. KeSadaran diamati komposmentis, apatis, samnolen, delirium, stupor dan koma.
b.    Palpasi : adakah parese, anesthesia.
c.    Perkusi : refleks fisiologis dan refleks patologis.
Kepala : kesemitiras muka, warna dan distibusi rambut serta kondisi kulit kepala. Wajah tampak pucat.
Mata : Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah icterus. Reflek mata dan pupil terhadap cahaya, isokor, miosis atau midriasis. Pada keadaan diare yang lebih lanjut atau syok hipovolumia reflek pupil (-).
Hidung : dapat membedakan bau wangi,busuk.
Telinga : bisa mendengarkan suara dengan baik.
4.      B4 (Bladder)
a.      Inspeksi : testis positif pada jenis kelamin laki-laki, apak labio
mayor menutupi labio minor, pembesaran scrotum (-), rambut(-). BAK frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing spontan atau mengunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan.
b.     Palpasi : adakah pembesaran scrotum,infeksi testis atau femosis.
5.      B5 (Bowel)
a.     Inspeksi : BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah. Kontur permukaan kulit menurun, retraksi dan kesemitrisan abdomen. Ada konstipasi atau diare.
b.    Auskultasi : Bising usus
c.     Perkusi : mendengar adanya gas, cairan atau massa, hepar dan lien tidak membesar suara tymphani.
d.    Palpasi : adakah nyeri tekan, superfisial pemuluh darah.
6.      B6 (Bone)
a.      Inspeksi : px tampak lemah, aktivitas  menurun, rentang gerak pada ekstremitas pasien menjadi terbatas karena adanya masa, nyeri, pembengkakan ekstremitas yang terkena.
b.     Palpasi : teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena, terjadi kelemahan otot pada pasien.
c.      Perkusi : nyeri dan  atau mati rasa pada ekstremitas yang terkena.
7.      Pola Nutrisi
Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi lemak, aditif, dan bahan pengawet).  Anoreksia, mual/muntah. Intoleransi makanan. Perubahan berat badan (BB), penurunan BB hebat, kaheksia, berkurangnya massa otot. Perubahan pada kelembapan/turgor kulit, edema.
8.      Pola eliminasi
Perubahan pola defikasi, BAB dan BAK dilakukan dengan bad rest.
9.      Pola istirahat
Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti : nyeri, ansietas, dan berkeringat malam.
10.  Pola aktivitas
Px nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kelemahan dan atau keletihan. Keterbatasan partisipasi dalam hobi dan latihan. Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen, tingkat stress tinggi.
(Doenges dkk, 2000)
B.     Diagnosa keperawatan
1.      Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jaringan saraf atau inflamasi.
2.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan, kerusakan muskuloskeletal, nyeri, atau amputasi.
3.      Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan atau kerusakan jaringan lunak.
C.     Intervensi
No
Diagnose keperawatan
Tujuan

Intervensi
Rasional
1.
Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jaringan saraf atau inflamasi.
Setelah dilakukan tindakan perewatan 3 x 24 jam nyeri dapat teratasi.
Kriteria hasil:
1.Meningkatkan kenyamanan.
2. Dapat mengendalikan nyeri
3. Dapat melaporkan karakteristik nyeri.
1. Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10). Selidiki perubahan karakteristik nyeri.
2. Berikan tindakan kenyamanan (contoh ubah posisi sering, pijatan lembut).
3. Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka.
4. Berikan lingkungan yang tenang.
5. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgetik, kaji efektifitas dari tindakan penurunan rasa nyeri.

1.  Untuk mengetahui respon dan sejauh mana tingkat nyeri pasien.
2. Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaringan yang luka
3. Peningkatan vena return, menurunkan edema, dan mengurangi nyeri.
4. Agar pasien dapat beristirahat dan mencegah timbulnya stress
5.  Untuk mengurangi rasa sakit / nyeri.
2
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan, kerusakan muskuloskeletal, nyeri, atau amputasi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah kerusakan mobillitas fisik teratasi.
Kiteria hasil :
1. pasien tampak ikut serta dalam program latihan / menunjukan keinginan berpartisipasi dalam aktivitas.
2. Pasien menunjukan teknik / perilaku yang memampukan tindakan beraktivitas.
3. Pasien tampak mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal.
1. Kaji tingkat immobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien tentang immobilisasi tersebut.
2. Berikan terapi latihan fisik : ambulasi, keseimbangan, mobilitas sendi.
3. Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera maupun yang tidak.
4. Bantu pasien dalam perawatan diri.
5. Kolaborasi dengan bagian fisioterapi.
1. Pasien akan membatasi gerak karena salah persepsi (persepsi tidak proporsional).
2. Meningkatkan sirkulasi darah muskuloskeletal, mempertahankan  tonus otot, mempertahakan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi dan mencegah reabsorbsi kalsium karena imobilisasi. Memenuhi kebutuhan nutrisi
3. Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan mobilitas sendi, mencegah kontraktur / atropi dan reapsorbsi Ca yang tidak digunakan.
4. Meningkatkan kekuatan dan sirkulasi otot, meningkatkan pasien dalam mengontrol situasi, meningkatkan kemauan pasien untuk sembuh.
5. Untuk menentukan program latihan.
3
Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan atau kerusakan jaringan lunak.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah resiko infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
1. Tidak ada tanda-tanda Infeksi.
2. Leukosit dalam batas normal.
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal.

1. Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap adanya: edema, rubor, kalor, dolor, fungsi laesa.
2. Anjurkan pasien untuk tidak memegang bagian yang luka.
3. Rawat  luka dengan menggunakan tehnik aseptik.
4. Mewaspadai adanya keluhan nyeri mendadak, keterbatasan gerak, edema  lokal, eritema pada daerah luka.
5.Kolaborasi pemeriksaan darah : Leukosit
1. Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi.
2. Meminimalkan terjadinya kontaminasi.
3. Mencegah kontaminasi dan kemungkinan infeksi silang.
4. Merupakan indikasi adanya osteomilitis.
5. Leukosit yang meningkat artinya sudah terjadi proses infeksi.



D.    Implementasi
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Implementasi mencakup : melakukan, membantu dan mengarahkan kinerja aktivitas sehari - hari, memberikan arahan keperawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien dan mengevaluasi kinerja anggota staf dan mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawat kesehatan berkelanjutan dari klien. Selain itu juga implementasi bersifat berkesinambungan dan interaktif dengan komponen lain dari proses keperawatan. Komponen implementasi dari proses keperawatan mempunyai lima tahap yaitu : mengkaji ulang klien, menelaah dan memodifikasi rencana asuhan yang sudah ada, mengidentifikasi  area bantuan, mengimplementasikan intervensi keperawatan dan mengkomunikasikan intervensi perawat menjalankan asuhan keperawatan dengan menggunakan beberapa metode implementasi mencakup supervise, konseling, dan evaluasi dari anggota tim perawat kesehatan lainnya.
Setelah implementasi, perawat menuliskan dalam catatan klien deskriptif singkat dari pengkajian keperawatan. Prosedur spesifik dan respon dari klien terhadap asuhan keperawatan. Dalam implementasi dari asuhan keperawatan mungkin membutuhkan pengetahuan tambahan keterampilan keperawatan dan personal.
E.     EVALUASI
Evaluasi merupakan proses keperawatan yang mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan. Perawat mengevaluasi apakah prilaku atau respon klien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan atau pemeliharaan status yang sehat. Selama evaluasi perawatan memutuskan apakah langkah proses keperawatan sebelumnya telah efektif dengan menelaah respon klien dan membandingkannya dengan prilaku yang disebutkan dalam hasil yang diharapkan. Selama evaluasi perawat secara kontinyu perawat mengarahkan kembali asuhan keperawatan kearah terbaik untuk memenuhi kebutuhan klien.
Evaluasi positif terjadi ketika hasil yang dinginkan  terpenuhi menemukan perawat untuk menyimpulkan bahwa dosis medikasi dan intervensi keperawatan secara efektif memenuhi tujuan klien untuk meningkatkan kenyamanan. Evaluasi negative atau tidak di inginkan menandakan bahwa masalah tidak terpecahkan atau terdapat masalah potensial yang belum diketahui. Perawat harus menyadari bahwa evaluasi itu dinamis dan berubah terus tergantung pada diagnosa keperawatan dan kondisi klien. Hal yang lebih utama evaluasi harus spesifik terhadap klien. Evaluasi yang akurat mengarah pada kesesuaian revisi dan rencana asuhan yang tidak efektif dan penghentian terapi yang telah menunjukan keberhasilan.


PATHWAY
radiasi
 
factor keterunan
 
Factor resiko
 
                       
 


 



























hiperventilasi
 










Pola nafas tidak kefektif
 




Kesadaran menurun
 






Brain death
 


 


























 
BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Tumor tulang adalah istilah yang dapat digunakan untuk pertumbuhan tulang yang tidak normal, tetapi umumnya lebih digunakan untuk tumor tulang utama, seperti osteosarkoma, chondrosarkoma, sarkoma Ewing dan sarkoma lainnya.
Kanker tulang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, keturunan. Selain itu juga kanker tulang disebabkan oleh beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya, seperti : penyakit paget (akibat pajanan radiasi ).
Manifestasi klinis yang muncul pada tumor tulang bisa bervariasi tergantung pada jenis tumor  tulangnya, namun yang paling umum adalah nyeri. Akan tetapi manifestasi lainnya juga yang sering muncul, yaitu : persendian yang bengkak dan inflamasi, patah tulang yang disebabkan karena tulang yang rapuh.
Tumor tulang di bagi menjadi beberapa jenis, antara lain : Multipel myeloma, Osteoma, Kondroblastoma, Enkondroma, Sarkoma Osteogenik (osteosarkoma), Kondrosarkoma, Sarkoma Ewing.
Ada tiga bentuk standar pengobatan kanker tulang, yaitu : pembedahan, terapi radiasi dan kemoterapi. Adakalanya dibutuhkan kombinasi terapi dari ketiganya. Pengobatan sangat tergantung pada jenis kankernya, tingkat penyebaran atau bermetastasis dan faktor kesehatan lainnya.

2.      Saran
1.      Saran Bagi Mahasiswa Keperawatan
Seluruh mahasiswa keperawatan agar meningkatkan pemahamannya terhadap penyakit Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) sehingga dapat dikembangkan dalam tatanan layanan keperawatan.
2.      Saran Bagi Perawat
Diharapkan agar perawat bisa menindak lanjuti penyakit tersebut melalui kegiatan riset sebagai dasar untuk pengembangan Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit dalam seluruh tatanan layanan kesehatan
3.      Saran Bagi Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan hendaknya menyediakan buku – buku yang ada kaitannya dengan penyakit Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma), sehingga menambah refrensi bagi mahasiswa keperawatan.












DAFTAR PUSTAKA

1.      Ardiansyah, Muhammad. 2012.Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogyakarta : Diva Press.
2.      Mansjoer, Arief et al. 2000. Fakultas Kedokteran UI Kapita Selekta Kedokteran.Edisi 3 Jillid 2  Jakarta : Media Aesculapius
3.      NANDA International.2009. Diagnosa Keperawatan NANDA 2009-2011. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EG
4.      Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart.Edisi 8.Vol 3. Jakarta. EGC
5.      Sloane Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EG
6.      Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
8.      http://1.bp.blogspot.com/-Nissa Anagh Uchil  ASKEP CA TULANG.htm

1 komentar:

  1. thaks min sangat membantu benget dalam saya ngerjain tugas kuliah ini.
    saya mau izin sharing materi keperawatan, semoga bermanfaat bagi semuanya.
    perawat indonesia
    UKOM perawat
    Askep

    BalasHapus